Saat ini potongan rambut saya sangat pendek. Boleh dikatakan hampir botak. Mungkin ini merupakan potongan rambut saya paling pendek sejak jaman duduk di bangku sekolah dasar.
Mengapa “tumben” punya potongan rambut pendek? Sebenarnya saya tidak sedang frustasi atau juga stres. Tidak juga alasan penghematan sampo atau untuk mengurangi intensitas ke tempat pangkas. Dan juga, potongan rambut pendek ini tidak ditujukan untuk menyaingi potongan rambut anak saya, Hizkia. Saat ini, rambut Hizkia juga sangat pendek. Sekitar sebulan yang lalu dia dibotak oleh inang tuanya.
Potongan rambut pendek ini berawal dari pengalaman sekitar sebulan yang lalu. Karena rambut sudah panjang, sudah menutup telinga, saya putuskan untuk mencari tempat pangkas di sekitar tempat tinggal. Setelah bertanya ke teman, akhirnya diarahkan ke tempat pangkas 1000yen. Di banding salon, tempat ini merupakan tempat pangkas yang paling digemari oleh mahasiswa Indonesia. Kata seorang kawan, pelayanannya cukup bagus dan harganya juga paling murah, hanya 1000yen.
Saya mengikuti anjuran kawan-kawan. Saya memutuskan pangkas rambut di tempat pangkas 1000yen. Sebenarnya, selain bertanya tentang tempat, saya juga bertanya tentang kalimat, yang harus saya ucapkan kepada tukang pangkasnya. Beberapa kawan memberi beberapa pilihan kalimat. Mulai dari kata pembuka sampai kalimat untuk meminta agar rambut saya yang ditinggalkan hanya 2cm saja. Artinya rambut dipotong sampai tinggal 2cm saja.
Akhirnya, dengan modal beberapa kalimat yang sudah dihapal, saya pergi ke tempat pangkas 1000yen yang pertama. Saat saya memasuki ruangan, saya langsung disambut oleh staf rumah pangkas itu. Dia langsung bertanya mengenai tujuan. Dalam bahasa jepang, saya jawab “saya ingin potong rambut”. Dari cara saya berbicara, dia tahu bahwa saya bukan orang Jepang. Kemudian, dia langsung berkata “Sorry, Japanese only”. Artinya, hanya orang Jepang yang bisa menikmati layanan pangkas di situ.
Mendapat jawaban itu, saya langsung putar badan. Kecewa mendapat jawaban seperti itu. Sudah jauh-jauh naik sepeda ke sana, ternyata tidak mendapat respon yang baik. Dalam hati saya bertanya, memang apa salah orang luar (orang selain jepang) sehingga tidak bisa dipangkas di situ?
Masih diliputi perasaan kecewa, saya memutuskan mencari tempat pangkas 1000yen yang lain. Ternyata, sekitar 500 meter dari tempat yang pertama itu ada tempat pangkas 1000yen. Tempatnya berada di dekat jembatan penyeberangan. Saat masuk, saya langsung disambut hangat oleh staf rumah pangkas. Kemudian, dengan kalimat yang sama, saya sampaikan maksud untuk dipangkas. Sebenarnya, sebelum bertanya, masih ada keraguan apakah nasib saya akan sama seperti pada rumah pangkas pertama. Jangan-jangan rumah pangkas itu hanya untuk orang Jepang saja, dan nantinya kembali saya keluar dengan rasa kecewa.
Namun, akhirnya jawaban staf itu menjawab keraguan saya. Dia berkata sambil menunjukkan mesin pembayaran “ya, silahkan. masukkan uangnya di mesin ini dan ambil kartu antrian Anda”. Saya senang dengan jawabannya. Saya senang tak perlu lagi mencari tempat pangkas yang lain.
Pada saat giliran saya, staf itu memberi arahan agar saya duduk di kursi yang sudah kosong. Sambil mempersiapkan perangkat dan menutupi badan saya dengan sehelai kain, staf yang akan bertugas memangkas saya bertanya tentang model yang saya inginkan.
Saya menjawab dengan kalimat pendek “ ni senti meter made”. Artinya kira-kira potong sampai tinggal 2 cm. Kalimat ini saya ucapkan beberapa kali. Dia mengiyakan dan mulai melakukan tugasnya.
Dari awal dia melakukan tugasnya, saya mulai curiga. Rambut yang dia potong sangat pendek. Terkesan, dia hanya merapikan rambut di sekitar telinga. Padahal saya sudah berulang kali mengatakan agar ditinggal 2 cm saja. Logikanya, kalau rambut yang ditinggal hanya 2 cm saja berarti rambut yang harus dipotong harus lebih panjang. Setelah beberapa waktu, dia bertanya apakah potongan rambutnya sudah cukup baik. Saya katakan bahwa yang diambil masih kurang. Potongan rambut yang ditinggalkan masih kurang pendek. Dia manggut-manggut tanda mengerti maksud saya. Kembali dia memangkas rambut saya dengan menggunakan gunting. Tapi sama seperti di bagian awal, rambut yang dipotong juga sangat pendek. Rambut saya yang tinggal masih panjang.
Karena waktunya sudah cukup lama, saya merasa kurang enak hati untuk melakukan komplain yang kedua kali. Padahal rambut yang ditinggalkan masih panjang. Saya menyuruh agar ditinggalkan 2cm, namun seolah-olah dia memahaminya bahwa itu suatu permintaan untuk memotong hanya 2cm saja. Akhirnya rambut saya yang dipotong hanya sekitar 2cm saja. Kembali muncul perasaan kecewa. Rasanya sia-sia pergi ke rumah pangkas itu.
Setelah berselang beberapa waktu, rambut saya sudah kembali panjang. Saya putuskan untuk dipangkas lagi. Namun karena masih teringat dengan pengalaman sebelumnya, pengalaman di dua rumah pangkas, saya putuskan untuk minta bantuan seorang kawan. Minta bantuan agar dia yang memangkas rambut saya. Saya minta agar rambutnya dipotong pendek. Dengan rambut pendek maka tak perlu lagi cepat-cepat pergi ke rumah pangkas. Tak ingin cepat-cepat dikecewakan lagi 🙂