Entah karena pengaruh buku atau media saya kurang tahu tetapi sampai saat ini saya masih yakin bahwa mimpi itu punya kekuatan tersendiri. Bahkan kalau dikuantifikasi, mungkin ketika mimpi dan harapan sudah dibuat bisa saja 50% mimpi dan harapan itu sudah terealisasi. Tinggal dibutuhkan usaha keras, strategi dan doa untuk merealisasikannya menjadi 100%.
Saya sudah sering membenturkan fenomena di atas dengan pengalaman hidup. Dan saya lihat masih ada korelasi walaupun ada terjadi beberapa penyimpangan atau penyesuaian. Ketika saya bermimpi ingin masuk ke perguruan tinggi tertentu, akhirnya pada waktu yang tepat tercapai juga keinginan tersebut. Ketika saya bermimpi punya jaket himpunan sambil naik sepeda motor di kota Bandung, akhirnya mimpi itu tercapai juga :). Ketika saya bermimpi punya usaha sendiri yang menghasilkan uang sebelum umur 25 tahun, sayangnya mimpi ini tidak tercapai. Baru tercapai pada usia 27 tahun. Inilah yang mungkin disebut dengan penyesuaian. Oh ia, sebelum berpikir yang jauh-jauh saya informasikan kalau usahanya belum bisa memberi keuntungan kepada pemilik modal, baru menutupi biaya operasional :D. Ketika punya mimpi menikah di usia 30 tahun, dengan anugerah Tuhan, bisa menikah pada usia 29 tahun :).
Mengapa mimpi bisa punya kekuatan? Apakah mimpi atau harapan itu adalah suatu keramat? Yang saya lihat sebenarnya mimpi bukanlah keramat sehingga segala sesuatu yang diharapkan akan berhasil atau terealiasi. Menurut saya, sebuah mimpi/tujuan yang sudah terdefenisi merupakan modal awal yang sangat besar untuk mencapai tujuan atau mimpi itu sendiri.
Mengapa bisa demikian? Coba kita pikirkan, bagaimana mungkin mencapai suatu tujuan/mimpi jika tujuan/mimpi itu sendiri belum didefenisikan. Kemudian, ketika tujuan/mimpi sudah didefenisikan, maka langkah selanjutnya adalah meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa mencapainya. Kemudian, kalau ada kesempatan, tujuan/mimpi yang sudah didefenisikan ini dibagikan kepada pihak-pihak lain di sekitar kita yang mungkin bisa berkontribusi mencapai tujuan/mimpi itu sendiri. Nah, dengan kepercayaan diri (yang akhirnya meningkatkan motivasi dan usaha keras), dukungan pihak luar dan keyakinan maka besar harapan mimpi/harapan itu bisa diwujudkan.
Yang sering menjadi persoalan adalah banyak orang (termasuk saya kadang-kadang) takut dan malu untuk bermimpi. Takut akan kecewa kalau tidak tercapai. Malu kalau mimpinya menjadi bahan tertawaan rekan-rekan. Kurang percaya diri untuk membuat mimpi, takut mimpinya ketinggian.
Oh ia, omong-omong tentang mimpi, saya punya mimpi yang sering menjadi bahan tertawaan orang. Sejak tahun 2003, saya sudah punya mimpi menjadi bupati tapanuli utara pada tahun 2019. Banyak orang tertawa mendengar mimpi ini. Padahal mereka tidak sadar, sebenarnya saya sudah 50% jadi bupati taput pada tahun 2019 nanti :)). Saat ini saya juga lagi bermimpi untuk menikmati suasana Piala Dunia 2010 di Cape Town, Afrika Selatan yaitu dengan mengikuti konferensi internasional yang diadakan oleh IEEE (http://www.ieee-icc.org/2010/). Semoga saja harapan ini bisa terealisasi 100%. Nggak puas saya hanya menikmati Cape Town cuma 50% π
akhir kata, selamat bermimpi…
yach, dan saya adalah salah satu korban mimpi anda.
Hahaha….
iya,bnr itu,pak..jgn takut bermimpi,,kan bermimpi itu gratis, ga dipungut biaya..
tpi jgn tinggi2 jg mimpinya,pak..nanti dibilang pulak, angan2 ni par cendol… π
buah pala, buah kedondong. ya ia lah, masa ia dong :). memang membuat mimpi tidak bisa muluk-muluk. menurut saya, mimpi juga harus terukur.
Mimpi = 50%
Usaha+strategi+doa = 50%
(satonga ni ulaon do tangiang = 1/2 x 50% = 25%)
sisanya =
usaha keras+strategi = 25%
Kesannya kalau dihitung matematis gak masuk akal ya Lae!
Tapi memang mimpi itu jadi driver yang kuat (motivasi)
Dalam bermimpi juga sudah harus ada doa Lae. Doa ini yang akan membantu kita untuk menetapkan mimpi sehingga mimpi tidak terkesan asal-asalan. Jadi kalau di-matematika-kan masih mungkin. Mimpi yang mempunyai komponen doa + usaha keras + strategi + doa (berserah)
*Lagi ngebayangin pesta syukuran terpilihnya Pak Deni jadi bupati Taput*
hehehe….
kau salah alisyah, soalnya nanti tidak ada syukuran. mungkin lebih baik membayangkan saya sedang orasi pada saat kampanye hahaha
pas nya itu pak, doakan ya pak biar mimpi saya terkabul, bisa nikah dengan Dian Sastro.. π
AMIN
tak mungkinlah aku mendoakan hal sedetil itu. btw, maksudmu Dian Sastro yang mana? soalnya di kampung kami ada Dian Sastro Sihombing π
ku aminkan pak. Semoga mimpinya jadi terkabul.
Tak pelu di sangkal, mimpi itu sering menjadi motivasi, tapi sayangnya banyak juga yang malah jadi ambisi, jadinya waktu gak tercapai malah bunuh diri.
Bermimpilah pak, sambil berusaha dan berdoa juga.
Semoga dalam mimpi menjadi bupati itu, bapak juga telah merencanakan yang baik-baik untuk di kembangkan di taput sana π
mungkin kata yang tepat adalah “ada”, bukan “banyak”. menurut saya, ambisi itu sah-sah saja, asal ambisinya jelas, terdefinisi dan terukur. sebagai contoh, mengenai ambisi raymond menikah dengan Dian Sastro, mungkin ini ambisi yang tergolong kurang terukur hehe
(sahat-sahat muse tu si raymond hata on :D)
terkadang dari mimpilah kita bisa merasakan kenyataan,…
ibaratnya sebuah perasaan “INGIN” maka kita akan berusaha utk itu
*cuma mwnya bermimpi yg baik2 dan positif mbeheee..
ambisius mksdnya pak.. jadi tak peduli pada apapun yang ada di sekitarnya.. hehehhe